Saturday, 12 January 2019

Ekspedisi Pangan Tradisional

Posted by Nahdiah On 05:02


~ Menelusuri Eksistensi Makanan Khas Maluku Utara di Rumah Makan

Kota Ternate ~


Maluku Utara, provinsi kepulauan dengan potensi alam berlimpah di Timur Indonesia. Provinsi ini kaya akan budaya dan adatnya, yang tercermin dari keberagaman pangan-pangan tradisionalnya. Maluku Utara atau yang dikenal Moloku Kie Raha, merupakan pusat empat kesultanan, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Keberadaan kesultanan ini memegang peranan penting dalam penyebaran makanan tradisional di Maluku Utara.
Di tanah Kie Raha ini, adat dan budaya berkembang dengan baik secara turun temurun. Tidak sedikit pula jenis pangan atau masakan yang awalnya hanya disajikan di kesultanan, lama-kelamaan menyebar ke rakyatnya. Warisan kuliner di Maluku Utara ada berbagai macam, dan sampai saat ini telah menjadi makanan wajib yang disajikan dalam upacara-upacara besar, upacara adat, upacara keagamaan, maupun menjadi bagian dari konsumsi sehari-hari.
Mahasiswa program studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Khairun, Ternate pada hari Ahad (6/1/2019) telah melakukan Ekspedisi Makanan Tradisional Maluku Utara. Sekelompok mahasiswa yang terdiri dari Nahdiah, Markisa, Sulti, Ardi, Rijalun, Muhlis, dan Asri ini memilih warung-warung makan di Kota Ternate, sebuah kota yang pesat akan perkembangan di Maluku Utara, sebagai objek kajiannya.
Ekspedisi dimulai dari pukul 6 pagi yakni saat semua pengusaha rumah makan memulai persiapannya. Ada dua rumah makan yang dikunjungi, yakni Rumah Makan Popeda Nurul Sabila di area Pasar Gamalama, dan Rumah Makan Jailolo di Falajawa 1. Hasil ekspedisi berupa observasi lapangan dan wawancara menunjukkan bahwa meskipun sama-sama menjual makanan tradisional, terdapat perbedaan mendasar dari tujuan pendirian kedua rumah makan tersebut.
Rumah Makan Popeda Nurul Sabila merupakan salah satu diantara tiga rumah makan popeda yang berjejer di suatu lorong dalam kepadatan Pasar Gamalama. Menu yang disajikan di rumah makan ini belum ada modifikasi atau campuran tradisi dari daerah lain, melainkan masih mempertahankan ciri khas Maluku Utara baik dari segi jenis-jenis masakannya, resep, bahan, citarasa, serta cara penyajiannya. Menu-menu yang disajikan berkonsep ‘Makanan Kobong’-begitu masyarakat setempat menyebutnya.
Kata kobong mengacu pada kata kebun dalam bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar bahan-bahan makanan kobong adalah komoditas yang berasal dari kebun, yakni hasil dari kekayaan alam Maluku Utara. Makanan pokok yang paling tidak dapat ditinggalkan dari sajian ini adalah popeda. Popeda merupakan jenis kudapan yang terbuat dari tepung sagu yang dimasak atau disirami dan diaduk dengan air panas hingga memiliki tekstur dan bentuk yang serupa dengan lem. Ciri khas popeda adalah teksturnya yang kenyal serta berwarna bening keputihan, dan berasa hambar.

Rumah makan yang eksteriornya berwarna biru laut ini menyediakan dua jenis popeda, yakni yang terbuat dari sagu merah (tumang), dan dari sagu putih. Di Maluku Utara, selain sebagai makanan sehari-hari, popeda  juga selalu dihidangkan pada acara-acara penting dan ini sudah menjadi tradisi turun-temurun. Cara menyajikan popeda tergolong unik. Dua batang alat semacam sumpit digunakan untuk menggulung papeda dari wadahnya lalu dihidangkan di piring untuk disantap. Selain papeda, Rumah Makan Popeda Nurul Sabila juga menyediakan makanan-makanan sumber karbohidrat lainnya, seperti ubi kayu (kasbi), ubi jalar, keladi, dan pisang yang direbus bersama santan, gula, garam, serta daun pandan untuk menambah aromanya. Popeda dan umbi-umbian tersebut sebagai makanan pokok disantap bersama lauk-pauk yang beraneka ragam. 


Makanan Kobong

Kasbi, keladi, dan ubi jalar rebus santan

pisang rebus santan

Lauk-pauk yang disajikan dalam makanan kobong diantaranya adalah masakan-masakan olahan ikan: ikan kuah asam (ikan soru), ikan kuah kuning, gohu ikan, serta bermacam jenis masakan sayur: sayur garu, sayur kangkung, dan sayur lilin. Ada pula sayuran segar atau disebut gohu sayur seperti  terung, kacang panjang, timun, dan sayur biraro. Selain itu, ada empat jenis sambal sebagai pelengkap kelezatan masakan, atau masyarakat lokal menyebutnya dabu-dabu, yakni dabu-dabu kelapa, dabu-dabu kacang, dabu-dabu manta, dan dabu-dabu rica. Tak lupa pula pemanis mulutnya: menurut kebiasaan masyarakat Maluku Utara, selesai menyantap hidangan makanan kobong, ditutup dengan memakan buah sirih, pinang, pisang, serta kapur.

ikan kuah soru

pemanis mulut (buah pinang, sirih, pisang, dan kapur)

sayur garu

Ikan kuah kuning

popeda

penyedap masakan yang ditambahkan sesuai selera

gohu ikan

dabu-dabu manta

kula-kula

dabu-dabu kelapa

dabu-dabu kacang

sayur lilin santan

gohu sayur

ikan kuah kuning

Nama-nama hidangan tersebut tentu terdengar asing bagi orang-orang yang baru menginjakkan kaki di daerah ini. Sayur garu, sebagai masakan khas Ternate merupakan sejenis tumisan sayuran, dengan bahan utama daun ubi, daun papaya, dan terkadang pula ditambahkan dengan jantung pisang dan kembang papaya. Dilihat dari bahan-bahannya, dapat dipastikan bahwa kudapan ini kaya akan kandungan gizinya. Ada pula kula-kula, sejenis acar yang terbuat dari timun, kacang panjang, dan terung yang dipotong kecil, lalu dicampur dengan saus kacang pedas. Tak lupa pula ikan kuah kuning, pasangan terbaik bagi popeda saat disantap. Masakan yang berwarna kuning sesuai namanya ini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan seperti bawang putih, bawang merah, tomat, guraka (jahe), daun kemangi, daun ponda, serai, daun kuning, daun jeruk, jeruk nipis, cuka, garam, dan ikan.
Mulai pukul sembilan pagi hingga lima sore, rumah makan ini ramai dikunjungi oleh masyarakat yang ingin menyantap lezatnya makanan kobong. Berhubung lauk-pauk makanan kobong ini banyak dan membutuhkan waktu memasak yang tidak terbilang singkat, maka untuk keperluan konsumsi pribadi masyarakat banyak yang lebih memilih untuk menyantapnya di warung makan. Seperti inilah, salah satu makanan tradisional Maluku Utara yang masih dipertahankan dan dilestarikan hingga kini.
Menurut salah satu penjual sayur-mayur di Pasar Gamalama, Kota Ternate dulunya merupakan pusat budidaya sagu dan produksi popeda. Namun, sekarang pengolahan masakan seperti popeda dan kasbi santan sudah berpusat di Tobelo. Hal ini dikarenakan selain sagu, ubi kayu pun sudah tidak dibudidayakan di Kota Ternate, berhubung sudah banyak tanah yang dulunya merupakan lahan pertanian dan banyak ditanami sagu dan kasbi, kini sudah dimakan dan dirusak oleh hewan-hewan liar seperti babi.
Menurut penjual itu pula, makanan-makanan khas yang beredar dan dilestarikan di Maluku Utara pada mulanya berasal dari Kesultanan Ternate. Sebagai contoh, buah pinang dulunya merupakan makanan istimewa yang hanya dijamu di kesultanan. Namun, seiring berjalannya waktu, jenis-jenis pangan atau masakan yang hanya dikonsumsi di Kesultanan pun dikenal oleh masyarakat dan dapat dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari.
Di Kota Ternate, kita bisa menyusuri jalan memanjang yang tak berujung di sepanjang pantai, dengan keindahan alam laut di satu sisi, dan pemandangan kokoh Gunung Gamalama di sisi lawannya. Namun tak kalah menarik pula untuk singgah di rumah-rumah makan yang menyajikan masakan tradisional seperti Rumah Makan Popeda Nurul Sabila ini untuk sesaat memanjakan lidah dengan kudapan lezat kegemaran masyarakat Maluku Utara.
Rumah makan selanjutnya yang dikunjungi adalah Rumah Makan Jailolo. Lokasi rumah makan ini yang strategis terletak di tepi jalan lalu lintas utama di area Falajawa 1, mampu menarik minat masyarakat untuk masuk menyantap hidangannya.  Saat kami datang berkunjung, pada saat sang fajar baru saja tampak untuk menerangi langit, rumah makan ini sudah memulai aktivitasnya. Dilihat dari namanya, yang terkira adalah rumah makan yang hanya menyediakan masakan-masakan khas dan tradisional dari Jailolo, salah satu kecamatan di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara.
Menurut Hj. Nurhayati sebagai pengelolanya, rumah makan ini menyediakan makanan khas Maluku Utara yang dimodifikasi dan dipadukan dengan makanan khas dari provinsi lain, terutama Jawa. Ibu Hj. Nurhayati yang asli orang Jakarta namun sudah menetap di Ternate ini mengatakan bahwa rumah makan ini memilih konsep masakan yang demikian karena melihat banyaknya masyarakat Maluku Utara yang merantau ke provinsi luar. Selain itu, banyaknya turis atau wisatawan yang berkunjung ke Maluku Utara, khususnya Kota Ternate. Harapan ibu Hj. Nurhayati, saat mereka yang pergi merantau kembali ke tanah kelahiran, mereka bisa mencicipi lagi citarasa masakan darah asalnya, dan para wisatawan juga bisa mencoba masakan yang digandrungi masyarakat setempat.



Menu-menu tradisional Ternate atau Maluku Utara yang dapat dinikmati di rumah makan ini antara lain sayur garu atau di Indonesia secara umum dikenal dengan nama oseng-oseng. Sayur garu biasanya berbahan baku daun singkong dan daun papaya, namun di warung ini dimodifikasi dengan menggunakan kangkung dan menambahkan kembang pepaya, namun dengan menggunakan bumbu yang sama untuk pembuatan sayur garu. Bumbu-bumbu tersebut antara lain adalah bawang merah, bawang putih, kunyit, lengkuas, serai, dan guraka (jahe).
Selain itu, ada daging kecap yang menggunakan tambahan bunga lawang sebagai rempahnya, dan acar yang biasanya di Ternate menggunakan sayur seperti kacang panjang, terung, dan timun, di warung ini ditambahkan pula dengan wortel. Tersedia juga ikan maskering kayu, ikan kuah kuning atau pada umumnya dikenal dengan nama ikan asam pedas, ikan fufu, dan sambal goreng singkong. Namun di samping masakan khas Maluku Utara, pengunjung juga dapat menikmati masakan dari daerah Jawa yang sudah umum dikenal oleh masyarakat Indonesia seperti bakwan jagung, pecel, urap, capcay, sambal goreng tempe, dan soto Bandung.
Melihat proses masak-memasak di dapur Rumah Makan Jailolo ini dan dari hasil wawancara ibu Hj. Nurhayati, dapat diketahui bahwa meskipun bumbu-bumbunya ada yang dimodifikasi, tapi secara keseluruhan dalam proses pengolahannya masih mempertahankan rempah-rempah khas Maluku Utara seperti kayu manis, biji pala, dan cengkeh. Perbincangan kami di rumah makan ini pun ditutup tatkala hari semakin pagi dan pengunjung semakin ramai yang datang untuk mengisi perut di Rumah Makan Jailolo.
Ekspedisi yang telah kami lakukan memberi banyak pengetahuan baru bagi kami. Sama-sama melestarikan budaya dan pangan tradisional Maluku Utara, namun ada yang menyajikan makanan kobong untuk membuat masyarakat tidak lupa pada masakan tanah kelahiran serta selalu ada saat masyarakat rindu akan citarasa khas Timur Indonesia. Di sisi lain, ada pula yang menambahkan ide-ide dan melakukan inovasi pada masakan-masakan tradisional Maluku Utara agar dapat diterima oleh lidah masyarakat dari daerah manapun di luar provinsi ini, beserta harapan masakan Maluku Utara dengan rempah khasnya dapat menempati satu ruang di hati para pendatang, dan menyimpan rindu untuk suatu hari dapat berkunjung lagi ke rumah makan dan kota indah ini.

Thursday, 28 November 2013

sekapoer sirih

Posted by Nahdiah On 23:04






in the name of Allah..
Hello guys :)

sudah hampir setengah tahun blog ini tak diupdate berhubung kesibukan pemilik blog yang makin menjadi-jadi. Sedang sibuk ber-fighting-ria menghadapi kilatan petir kimia, gelombang tsunami fisika, tembakan peluru mtematika, dan tanah longsor biologi. Aku juga sibuk di OSIS..
selain itu, bentar lagi di ICG akan dimulai UAS, medan tempur paling ampuh agar bisa menjauh dari yang namanya "semester pendek". Di semester pendek nanti kita akan mengulang mata pelajaran yang belum kompeten pada laporan hasil belajar selama 2-3 minggu. itu membosankan, dan melelahkan. Jadi, mohon doanya ya buat aku, agar nilai2 UASnya bagus dan kompeten semua, Amiin :)

Untuk mengobati stress dan tekanan 3B (belajar-belajar-belajar) di ICG, aku sedang seneng-senengnya berkarya seni nih, salah satunya: PAPER QUILLING !
itu tuh, dengan gulung-gulung kertas, udah bisa bikin kerajinan tangan yang lucu-lucu.. contohnya: