Tuesday, 14 August 2012

Cerita ICG-ku; Masa Orientasi Siswa

Posted by Nahdiah On 19:16 No comments

Masa Orientasi Siswa (MOS) adalah masa perkenalan sekolah bagi para siswa baru.  Begitu juga di ICG, kami siswa baru angkatan ke-16, -temen temenku sering menyebutnya ChiMo Generation –Chibi Modus Generaton-, juga mengalami masa-masa MOS yang begitu berat, melelahkan, sekaligus mengasyikkan. 

Seperti yang sudah aku sebutkan tadi, aku adalah siswi baru MAN Insan Cendekia Gorontalo angkatan ke-16, dimulai pada tahun ajaran 2012/2013, dan diakhiri pada tahun ajaran 2014/2015, INSYA ALLAH :)
Mengenai nama ChiMo Generation itu, aku juga kurang tau gimana asal-usulnya, tapi yah, aku setuju-setuju aja sih, toh, kalo dipikir pikir keren juga kaan?? ^_^

Kami angkatan 16 adalah angkatan yang paling bhinneka tunggal ika, angkatan yang paling beragam daerahnya. Seperti yang kita ketahui bersama, Insan Cendekia, baik yang di Serpong maupun yang di Gorontalo adalah sekolah berasrama yang sudah me-nusantara, sehingga siswa-siswinya datang dari berbagai daerah.  Nah, angkatanku nih, yang #katanya# paling lengkap. Ada yang dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Medan, Batam, Makassar, Palu, Bali, Manado, Ambon, Papua, Ternate, Aceh, Jogja, Bekasi, Tangerang, Bogor, Kotamobagu,Tulungagung, Sukabumi, Surabaya, Kediri,  dan lain-lain. Yang jelas, setiap pulau itu pasti ada utusannya di IC :)

Sarapan pagi di kantin pada hari pertama MOS dan Matrikulasi.


9 Juli 2012
MOS kami diawali dengan upacara bendera, sekaligus pembukaan masa MOS dan Program Matrikulasi. Ada hal yang sangat menarik perhatianku di upacara bendera: MARCHING BAND-nya KEREN BANGET! Ada yang main bells, drum, simbal, dan mereka sangat kompak membawakan melody Indonesia Raya dan Mars Insan Cendekia. Keren banget dah. Terinspirasi dari itu, akhirnya aku nge-daftar masuk klub musik dan marching band, dengan harapan bisa eksis juga, haha .

Well, seusai upacara bendera, kami masuk ke gedung pendidikan mencari kelas kami. Waktu ini kami masih dalam kelas matrikulasi –hanya sekitar 3 mingguan. Pembagiannya berdasarkan absen, jadi aku tergolong dalam kelas M3. STOP, CERITA LENGKAP MENYUSUL -->Cerita ICG-ku; Masa Matrikulasi dan Kelas M3.

Lanjut, setiap sore selama masa MOS itu, kami disuruh ngumpul di lapangan, maupun di gedung serba guna.  Baik itu untuk latihann PBB, jalan-jalan mengelilingi ICG, maupun untuk mendapatkan tanda tangan kakak-kakak OSIS.

Berbicara mengenai MENDAPATKAN TANDA TANGAN KAKAK-KAKAK OSIS, aku mau berbagi cerita. Untuk mendapatkan satu tanda tangan ajah susaaaaahnya minta ampun, banyak syaratnya, + kakak-kakaknya galak lagi! Tapi, aku jujur dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku sangat menikmati masa MOS itu, memang, masa MOS atau cuma untuk dapetin tanda tangan itu susah, cepek, kadang ada yang nyebelin, memalukan, namun akhirnya kami tau, bahwa itu semua untuk kebaikan diri kami sendiri. Biar kami  bisa mengenal sekolah kami tercinta dan seisinya dengan baik, biar kami bisa lebih disiplin, dan biar kami lebih patuh pada aturan.

Kembali ke cerita untuk mendapatkan tanda tangan kakak-kakak OSIS, kami diberikan waktu sekitar satu minggu buat dapetin tanda tangan 37 orang, dan tidak ada seorang pun yang berhasil mendapatkan semuanya. Yang paling banyak itu cuma 30-an..  #Kalo aku sih cuma dapet 20! Haha :D

Kakak OSIS yang pertama aku berkenalan adalah Kak Nuqo, pada waktu yang sama, aku berkenalan juga dengan kak Tansa. Waktu itu setelah berkenalan,berhubung hobiku adalah internetan, maka  aku disuruh untuk membuat sebuah blog, tetapi ini bikinnya di kertas, bukan di internet! Aku sampai bingung #gimana cara bikinnya coba? Bahan-bahannya juga ga lengkap; kertas karton, kertas warna, spidol, pensil warna, aku ga punya, dan ga ada di koperasi=,=# panik, bahkan hampir nangis-buat dapetin tanda tangan pertama aja susaaahnya minta ampun-.

Terus, waktu itu kan aku kenalannya bareng Kiky-Aminah Rokhikim-, terus dia itu dikasih syarat di suruh nanya ke seorang kakak OSIS cowok yang sangat suka fotografi –yaitu  Kak Wildan *Bukan nama sebenar, nama asli dirahasiakan*, mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam fotografi, #karena kebetulan hobinya si Kiky juga fotografi.#  Berhubung Kak Nuqo ga ngebolehin Kiky bertemu sama kak Wildan sendirian (maksudnya harus ada temen cewek yang temenin), singkat cerita, aku akhirnya bergabung bersama Kiky untuk bertanya pada Kak Wildan –dan aku  ga jadi membuat blog:). Sejujurnya, aku sangat gembira waktu itu, aku sangat berterima kasih pada Kak Nuqo yang mengizinkanku bergabung dengan Kiky, juga pada Kiky yang telah bersedia digabungkan dengan diriku. Haha :D

Nah, misiku bersama Kiky untuk bertanya pada Kak Wildan dimulai dari MENCARI YANG MANA ORANGNYA. Haha, maklum, aku dan Kiky sama sekali belum mengenal kakak itu. #Tapi kami sudah tau kakaknya itu kelas berapa .

--> Aku mau cerita panjang x lebar, boleh yaaa??
Gini, waktu itu hari Jumat, pada waktu jam istirahat pertama –hanya sepuluh menit- aku dan Kiky bergegas menuju kelasnya Kak Wildan, dengan harapan Kak Wildannya ada di habitatnya. Tapi sayangnya, yang kami temui di kelasnya Cuma beberapa orang kakak-kakak cewek. Tidak ada kakak-kakak cowok sama sekali. Daripada menunggu Kak Wildan kembali –ntar keburu abis jam istirahatnya- kami bertanya ke kakak-kakak cewek, mengenai Kak Wildan. Terus kami ditunjukin tasnya Kak Wildan yang itu, nama lengkapnya adalah Wildan Arianto, dan kami juga diberitahu ciri-ciri Kak Wildan: tinggi. Haha. Setelah itu kamipun beralih ke Kakak-kakak OSIS yang lain untuk dapetin tanda tangan mereka, sambil menunggu keajaiban –Kak Wildan muncul di hadapan kami.

Sekarang sudah jam pulang, anak-anak ICG pada keluar kelas, dan lobi di jalan masuk ke gedung pendidikan pun dipenuhi oleh anak-anak pinter tersebut. Dan, mungkin ini sebuah keajaiban! Aku dan Kiky melihat seorang kakak kelas yang menggunakan tas ransel seperti yang kakak-kakak cewek beritahu kepada kami: itu tasnya Kak Wildan! Tapi, ada sesuatu yang membuat aku dan Kiky berpikir dua kali untuk menyapa kakak tersebut, “kok orangnya ga tinggi-tinggi banget ya??” padahal yang kami tau, kakaknya itu tinggiii.. Akhirnya, karena ragu-ragu, karena takut salah –ntar malu dong, kalo salah orang- kami ga jadi menyapa kakak yang kami ragukan tersebut.

Dan sore harinya, kami semua para siswa-siswi baru diharuskan untuk berkumpul  di GSG –gedung serba guna, untuk latihan PBB. Dan sebelum kembali ke asrama setelah selesai latihan, kami diberikan waktu untuk berkenalan dan meminta tanda tangan kakak-kakak OSIS. Dan lagi-lagi, aku tetep kemana-mana bersama Kiky #kami ga bisa terpisahkan! Hahaha.
 
Setelah selesai berkenalan dengan beberapa Kakak OSIS lainnya, kami melihat seorang kakak OSIS cowok, dengan cirri-ciri: sedang memegang kamera digital, sedang memotret kegiatan kami, mengenakan baju berwarna abu-abu, dan TINGGI! Kami sempat menduga “apakah itu Kak Wildan?” tapi dugaan kami itu kami buang jauh-jauh karena menurut feeling kami #ceileeh, itu bukanlah Kak Wildan.

Karena kebetulan kakak itu tidak dikerumuni sama siswa-siswa baru –lagi sendirian- maka aku dan Kiky memberanikan diri untuk menyapa Kakak tersebut.
“Assalamualaikum kak, boleh kenalan?  “sapaku dan Kiky hampi bersamaan.
“Waalaikumsalam.. Emm………… Boleh. “Jawab kakak tersebut mungkin setelah ia berpikir matang-matang. Setelah itu aku dan Kiky bergantian memperkenalkan diri. Kemudian bertanya lagi,
“Emm, namanya Kakak siapa?”
“Wildan Arianto.”
“HAAAAAAHHHH??!!!” Aku dan Kiky kaget bersamaan. Keajaiban datang lagi! Akhirnya kami dipertemukan dengan kak Wildan! Hahaha, aku dan kiky senangnya bukan main. Bagaimana tidak, setelah berkenalan dengan Kak Wildan plus dapat tanda tangannya –tanda tangannya pake smile loh :D- kami juga bakalan dapet tanda tangan dua orang kakak OSIS laninnya: Kak Nuqo dan Kak Tansa, karena telah melakukan apa yang disuruh oleh mereka.
Percakapan kami dengan kak Wildan belum selesai. Kami melanjutkan,
“Emm,, Kak, kami disuruh sama Kak Nuqo untuk bertanya sama Kak Wildan mengenai fotografi.”
“Mmm, Apa ??” Jawabnya.
“Hal-hal yang harus diperhatikan dalam fotografi itu apa, Kak?” Kiky bertanya.
“Emmmmmm…..” setelah beberapa saat, Kak Wildan terdiam, dan menjawab pertanyaan kami. Dan jawabannya sangat mengagetkan aku dan Kiky!

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam fotografi:
1. HARUS PUNYA MATA UNTUK MELIHAT LENSA KAMERA
2. HARUS TAU CARA MEMENCET TOMBOLNYA
3. HARUS PUNYA KAMERA
4. DILARANG DEKAT-DEKAT DENGAN AKHWAT

Haaaah ?? Apa-apaan itu? Yang nomor satu sampai tiga: anak TK juga tau kali, yang nomor empat: apa hubungannya dengan fotografi??
Tapi gapapa-lah, yang jelas, kami sudah dapet ! Hahaha. Setelah itu kami bergegas menemui kak Nuqo dan Kak Tansa untuk dapetin tanda tangan mereka.

Tapi aku dan Kiky ga habis pikir, kalo yang tadi kami temui di GSG itu Kak Wildan Arianto, terus yang kami lihat tadi pas jam pulang di gedung pendidikan itu siapa??
Dan parahnya, misteri itu tidak terpecahkan sampai sekitar dua mingguan setelah itu.
Dan belakangan aku dan Kiky tau, KAMI DIKERJAIN SAMA KAK WILDAN DAN TEMEN-TEMENNYA WAKTU ITU! Hahahaha, ini cerita  yang ga akan bisa aku lupain. Sampai sekarang sejak kejadian itu, aku menyebut Kak Wildan Arianto dengan sebutan “kak wildan asli”, dan yang waktu itu kami lihat di gedung pendidikan itu kami sebut “kak wildan palsu”. Hahahaha, peace ^___^V

Oke, beralih ke pengalaman lainku waktu masa-masa mendapatkan tanda tangan kakak-kakak OSIS. Waktu itu di lobi gedung pendidikan –pas jam pulang- aku bertemu dengan Kak Amara. Langsung saja aku menyapanya dan mengajaknya berkenalan. Mungkin karena kakaknya lagi sibuk, ingin cepet balik ke asrama, aku Cuma bisa tau nama lengkapnya. Mengenai kelasnya, TTL-nya, jabatannya, hobinya, aku disuruh nannya ke Kak Diah #wah, siapa lagi tuh, aku belom kenal :( . Setelah biodatanya lengkap, baru aku dikasih tanda tangannya katanya. 

Beberapa hari berikutnya, aku dan beberpa orang temanku memberanikan diri untuk masuk ke dalam asrama kelas XII putri. Sebenarnya kami agak takut, tapi demi bisa kenalan, #kalo aku niatnya demi bisa ketemu sama Kak Diah dan nanya-nanya tentang Kak  Amara. Selangkah demi selangkah, akhirnya kami sampai juga di asrama tersebut. #kok kesannya kayak mau menjenguk rumah hantu ya? Haha. 

Berhubung kakak yang aku cari dan kakak yang temen-temenku cari berbeda, akhirnya kami berpencar, dan aku sendirian, teman-teman! Ini sungguh menakutkan bagiku, SENDIRIAN! Biasanyakan aku ditemenin sama Kiky, tapi Kikynya lagi sibuk :( Jadi yah, akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya, kamarnya kak Diah itu yang mana. Setelah ditunjukin, aku ke kamarnya, dan mengucapkan “Assalamualaikum” dengan senyum termanisku yang dibumbuhi dengan raut wajah rada-rada takut. Salamku dibalas oleh tiga orang kakak-kakak penghuni kamar itu. *satu orang lagi ga tau ke mana. Jujur saja, andai kalian meletakkan tangan diatas jantungku waktu itu, mungkin tangan kalian juga ikut deg-deg-deg saking kerasnya detak jantungku. 

Seorang kakak bertanya padaku, “ada apa?”
Aku menjawab, “eh,, anu,, saya mau ketemu sama Kak Diah, kak” masih dengan senyum termanisku.
Dan tak diduga, aku langsung dibentak, “JANGAN SENYUM-SENYUM!” aku terlonjak kaget. Lalu aku berusaha untuk tidak senyum, namun tidak bisa. #air mataku sudah hapir jatuh saat ini.
Setelah itu aku ditanya, siapa namaku, dan darimana aku berasal. Setelah mengetahui bahwa asal sekolahku adalah Ternate, kakak tersebut berbicara kepadaku menggunakan bahasa sehari-hari di gorontalo *sebenarnya mirip dengan bahasa sehari-hari di ternate*, yang aku ga ngerti artinya apa.
Lalu aku Cuma diem, toh, aku ga ngerti apa maksudnya. Lalu kakak itu berkata lagi dengan suara membentak, “KAMU INI GIMANA SIH, BAHASA TERNATE ITU KAN MIRIP DENGAN BAHASA GORONTALO. IYA TOH? ANAK IC KOK BEGINI. JANGAN SENYUM-SENYUM!!!”.
Ya Allah,, betapa beratnya cobaan-Mu bagiku. Walaupun saat itu air mataku belum menetes, tapi hatiku sudah kebanjiran air mata, maklum, aku ga bisa dibentak, aku sensitif :( 

Setelah itu, Kakaknya berkata, “kamu mau ketemu sama kak diah? Untuk apa?”
Aku menjawab, “mau bertanya tentang biodata kak Amara, Kak”
Lalu aku dipersilahkan masuk ke kamarnya. Aku kira aku akan dikasih tau kak diah itu orangnya yang mana, ternyata dugaanku salah. Kan di kamar itu ada 3 orang kakak-kakak, jadi aku disuruh nanya satu persatu, “kak, apakah kakak adalah kak Diah?”. Ya ampuun,, air mataku udah mulai menetes saat ini. Tapi aku tetep bertanya. Dan akhirnya, aku sudah tau kak diah itu yang mana, lalu aku bertanyalah padanya, tentang biodata kak Amara.

Setelah selesai bertanya, saat aku ingin berpamitan, langkah kakiku dihentikan oleh seorang kakak penghuni kamar itu. Katanya aku disuruh nyanyi! Oh tuhaaaan,, aku ga bisa nyanyi, Kak! Apapun yang aku bilang, ga ada hasilnya, pada akhirnya aku nyanyi juga. Dan, bayangin, aku menyanyikan lagunya Ayu Ting-Ting: Alamat Palsu, lengkap dengan gerakannya! Hahaha. Untung saja yang lihat waktu itu Cuma 3 orang kakak penghuni kamar itu. 

Setelah selesai nyanyi, akhirnya aku diperbolehkan untuk keluar. ALHAMDULILLAAH, SELESAI JUGAAA… LEGAAAAA ….

Malamnya, aku menemui kak Amara dan meminta tanda tangannya.
Tak kuduga, ternyata kak amara mengetahui kejadian tadi, sehingga kak Amara berkata padaku, “jangan dimasukkan ke dalam hati, ya?”, dengan senyumnya yang membuat hatiku tenang.. Ya ampuun,, Kak amara baik sekali.. Makasih ya kak… :)

Yah itulah dua diantara beberapa kenangan-kenangan MOS yang paling tidak bisa aku lupakan.
Pada hari terakhir pengumpulan biodata+tanda tangan kakak OSIS, buku biodata kami di-cek. Dan bagi yang  tidak mencukupi 37 (biodata+tanda tangannya), akan dihukum! Berhubung kami semua tidak ada yang mencukupi 37, akhirnya kami seangkatan, angkatan ke-16 MAN ICG, dihukum deh! Walaupun Cuma disuruh berdiri selama sekitar satu jam menghadap ke matahari, tapi itu cukup melelahkan. Temen-temenku yang cewek ada beberapa yang bilang, “kulitku sampai terbakar”, Haha, lebay banget sih. Aku ajah biasa-biasa aja tuh.

Sampai disinilah Cerita ICG-ku; MOS.
Tunggu versi lainnya, Cerita ICG-ku; Masa Matrikulasi dan Kelas M3.

Salam manis dari orang yang manis,
Nahdiah Anna Megumi



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Post a Comment